Selasa, 15 Februari 2011

perbedaan itu indah


aku menutup buku yang sedang aku baca dan menatap kekasihku yang sedang galau.
'kenapa sih kamu?" tanyaku kesal karena kegalauannya itu sangat menganggu konsentrasi membacaku "kamu ga takut apa?" tanyanya gamang.
aku mengernyitkan kening "takut apa?"
dia beranjak dari duduknya, berdehem dan mondar-mandir tanpa menjawab pertanyaanku, aku yang mulai kesal melanjutkan kembali aktifitasku tadi namun kemudian dia mulai mengeluarkan suara.
"kamu ga takut kehilangan aku?" tanyanya, aku tersentak namun tak langsung memandangnya. dia menanti jawabanku yang sengaja aku tahan agar dia kesal.
"jawab dong sayang" katanya seraya menghampiri aku, aku tersenyum,
"manusia bodoh emang selalu ngasih pertanyaan bodoh ya? sebenarnya kamu ga perlu tanya hal itu sama aku, sayang" jawabku.


namun jawabanku sepertinya tidak membuatnya tenang, ia kembali berdiri dan berjalan mondar-mandir "kamu kenapa sih?" tanyaku gemas
.
dia memandangku, berjalan menghampiriku dan membisikkan sesuatu,
aku membelalakkan mataku tidak percaya dengan apa yang ia bisikkan,
"paham kan maksud aku?" tanyanya, aku mengangguk "itu yang aku pikirkan dari tadi" sambungnyaa.
kali ini aku yang diam, bingung harus mengatakan apa.


aku tau perbedaan ini ga akan bisa diterima banyak pihak
.
dia Katolik sedangkan aku Muslim, keluarga kami sama-sama religius
memandang suatu hubungan di tengah perbedaan agama adalah sesuatu yang tabu
kami menjalaninya sudah lebih dari 3 tahun, namun mereka tetap saja menentang. aku tau cinta ini memang tak akan pernah mendapat persetujuan, padahal kekasihku ini berjanji akan memeluk agama Muslim saat ingin melamarku nanti.
namun jika ini yang menjadi keputusan sepertinya aku lebih baik mengalah.


"dari awal aku juga yakin kalau hubungan kita akan berakhir seperti ini" kataku tiba-tiba.

dia memandangku dan aku pun memandangnya, ini yang membuatku yakin padanya. pandangannya yang selalu mengatakan,"kaulah orangnya"
"beda itu indah, Sal, tapi perbedaan kita terlalu banyak tentangan dari segala pihak" kataku lagi seraya memegang wajahnyaa.
dia memejamkan matanya dan mencoba menerima maksud perkataanku kemudian ia mengangguk berat.
"aku ngerti kok, aku sebenarnya ga akan bisa nerima kenyataan kaya gini karena yang aku mau adalah selalu sama kamu"


aku diam, ia menggenggam tanganku dan mencium keningku
.
kemudian ia berbalik, berjalan perlahan meninggalkan taman ini.
aku hanya bisa memandang punggungnya yang mulai menjauh tanpa bisa mencegahnyaa.
terlalu sering aku mencegahnya pergi dan untuk sekali ini aku membiarkannya pergi.


saat ia menghilang, aku menatap langit dan menitikkan airmata
.
kenapa harus begini? kenapa perjodohan itu harus ada?
dan kenapa kami di pertemukan?
pertanyaan demi pertanyaan hadir, masuk kedalam rongga otak dan menyeruak tanpa bisa di jawab.


aku menghapus airmataku
.
mengambil bukuku dan berjalan pulang kerumah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;