Selasa, 15 Februari 2011 0 komentar

cinta sejati mungkin abadi mungkin tidak


aku mengendarai sedanku menuju rumah kekasihku, kekasih yang selama 3 tahun selalu menemaniku dan selalu mendukungku. bagiku dia kekasih yang sejati, kekasih yang tak akan mampu aku temui lagi di sudut benua manapun.
dia yang mampu mengubahku menjadi sosok yang diterima di masyarakat, membuatku menjauh dari dunia gelapku di masa lalu.
namanya Carla, gadis cantik serupa dengan bidadari ini membuatku sadar bahwa dunia ini indah dan sangat sia-sia bagiku untuk merusaknya. senyumnya yang manis yang membuatku kadang tak bisa tidur hanya karena membayangkannya.

aku memakirkan mobilku di depan rumahnya, membuka pintu, turun dari mobil dan mengetuk pintu rumahnya.
tak lama pintu terbuka dan Carla berada di balik pintu tersebut. dia menyambutku dengan pelukan hangat seperti biasanya lalu kemudian mencium pipiku.

"jadi pergi?" tanyaku saat ia melepas pelukanku, ia mengangguk kemudian menutup pintu lalu kami berjalan menuju mobil dan berjalan ke sebuah toko kue. kami akan memesan kue untuk ulang tahun mama Carla.

sepanjang perjalanan kami terus tertawa, menceritakan hal lucu yang sebenarnya bisa dikatakan basi untuk di ceritakan lagi.
melihatnya tertawa membuatku senang, membuatku yakin kalau aku bisa menjaganya dan selalu memilikinya.

akhirnya, kami sampai di toko kue itu karena parkiran mobil di dalam gedung penuh aku harus memakirkan mobilku diseberang jalan.
Carla yang bersemangat turun dari mobil dan berjalan duluan meninggalkanku yang masih didalam mobil. saat mengunci pintu dan berjalan sebentar, aku mendengar suara decit mobil disusul suara hantaman.

aku terperangah..
menatap apa yang terjadi kemudian berlari. aku menyeruak ke kerumunan dan menghampiri tubuh berlumuran darah itu.
Carla membuka matanya, dia menatapku dan mulai berbicara kata perkata "aku mencintaimu sampai kapanpun"
***

aku gelisah, Carla berada di ruang ICU sekarang namun aku tak tenang.
aku takut sesuatu terjadi padanya, aku takut ia pergi meninggalkanku dan semua rencanaku hancur begitu saja.
dokter keluar ruangan, aku langsung menghampirinya dan menanyakan keadaan Carla. dokter diam dan hanya menggeleng kemudian pergi, aku diam.
perlahan aku membuka pinta ruang ICU dan melihat beberapa suster mencabut segala peralatan medis. aku menghampiri tubuh kakunya, menghampiri kekasihku yang tak mampu lagi tersenyum bahkan membuka mata.

aku menangis kemudian memeluk tubuhnya. dingin dan tak hangat seperti biasanya. suster-suster itu membiarkanku, mereka tau bagaimana rasanya kehilangan dan mereka tau bagaimana harus bersikap.
***

hari pemakaman..

semua orang mengucapkan rasa belasungkawa mereka, semuanya sedih. Carla sosok yang supel dan punya banyak teman tak heran semua temannya shock mendengar kepergiannya.
aku masih diam di samping pusaran Carla sesaat setelah semua orang pergi, aku tak mampu menangis lagi. ia pergi saat semuanya telah siap, ia pergi saat aku benar-benar mendambakannya.

aku beranjak meninggalkannya kemudian berbisik pelan untuk diriku sendiri "cinta sejati mungkin abadi mungkin pula tidak".
0 komentar

perbedaan itu indah


aku menutup buku yang sedang aku baca dan menatap kekasihku yang sedang galau.
'kenapa sih kamu?" tanyaku kesal karena kegalauannya itu sangat menganggu konsentrasi membacaku "kamu ga takut apa?" tanyanya gamang.
aku mengernyitkan kening "takut apa?"
dia beranjak dari duduknya, berdehem dan mondar-mandir tanpa menjawab pertanyaanku, aku yang mulai kesal melanjutkan kembali aktifitasku tadi namun kemudian dia mulai mengeluarkan suara.
"kamu ga takut kehilangan aku?" tanyanya, aku tersentak namun tak langsung memandangnya. dia menanti jawabanku yang sengaja aku tahan agar dia kesal.
"jawab dong sayang" katanya seraya menghampiri aku, aku tersenyum,
"manusia bodoh emang selalu ngasih pertanyaan bodoh ya? sebenarnya kamu ga perlu tanya hal itu sama aku, sayang" jawabku.


namun jawabanku sepertinya tidak membuatnya tenang, ia kembali berdiri dan berjalan mondar-mandir "kamu kenapa sih?" tanyaku gemas
.
dia memandangku, berjalan menghampiriku dan membisikkan sesuatu,
aku membelalakkan mataku tidak percaya dengan apa yang ia bisikkan,
"paham kan maksud aku?" tanyanya, aku mengangguk "itu yang aku pikirkan dari tadi" sambungnyaa.
kali ini aku yang diam, bingung harus mengatakan apa.


aku tau perbedaan ini ga akan bisa diterima banyak pihak
.
dia Katolik sedangkan aku Muslim, keluarga kami sama-sama religius
memandang suatu hubungan di tengah perbedaan agama adalah sesuatu yang tabu
kami menjalaninya sudah lebih dari 3 tahun, namun mereka tetap saja menentang. aku tau cinta ini memang tak akan pernah mendapat persetujuan, padahal kekasihku ini berjanji akan memeluk agama Muslim saat ingin melamarku nanti.
namun jika ini yang menjadi keputusan sepertinya aku lebih baik mengalah.


"dari awal aku juga yakin kalau hubungan kita akan berakhir seperti ini" kataku tiba-tiba.

dia memandangku dan aku pun memandangnya, ini yang membuatku yakin padanya. pandangannya yang selalu mengatakan,"kaulah orangnya"
"beda itu indah, Sal, tapi perbedaan kita terlalu banyak tentangan dari segala pihak" kataku lagi seraya memegang wajahnyaa.
dia memejamkan matanya dan mencoba menerima maksud perkataanku kemudian ia mengangguk berat.
"aku ngerti kok, aku sebenarnya ga akan bisa nerima kenyataan kaya gini karena yang aku mau adalah selalu sama kamu"


aku diam, ia menggenggam tanganku dan mencium keningku
.
kemudian ia berbalik, berjalan perlahan meninggalkan taman ini.
aku hanya bisa memandang punggungnya yang mulai menjauh tanpa bisa mencegahnyaa.
terlalu sering aku mencegahnya pergi dan untuk sekali ini aku membiarkannya pergi.


saat ia menghilang, aku menatap langit dan menitikkan airmata
.
kenapa harus begini? kenapa perjodohan itu harus ada?
dan kenapa kami di pertemukan?
pertanyaan demi pertanyaan hadir, masuk kedalam rongga otak dan menyeruak tanpa bisa di jawab.


aku menghapus airmataku
.
mengambil bukuku dan berjalan pulang kerumah.


 
;